Geomorfologi Wakatobi

July 17, 2017
Terbentuknya kepulauan Wakatobi dimulai sejak jaman Tersier hingga akhir jaman Miosen.  Pembentukan pulau-pulau di kawasan ini akibat adanya proses geologi berupa sesar geser, sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat dipisahkan dari bekerjanya gaya tektonik yang berlangsung sejak jaman dulu hingga sekarang. Secara keseluruhan kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3 gosong dan 5 atol. Terumbu karang di kepulauan ini terdiri dari karang tepi (fringing reef), gosong karang (patch reef) dan atol.  Empat pulau utama di Wakatobi, yaitu Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko.

Berbicara mengenai proses terbentuknya kepulauan tukang besi, kepulauan ini terbentuknya bersamaan dengan pulau buton. Keduannya merupakan dua buah mikrokontinen fragmen dari benua Australia-New Guinea. Pada pertengangahan Trias, masih merupakan bagian dari benua tersebut, Namun pada Trias Tengah-Akhir mulai masa transisi dari prerift menjadi rift.

Berdasarkan proses pembentukannya, atol yang berada di sekitar kepulauan Wakatobi berbeda dengan atol daerah lain. Atol yang berada di kepulauan ini terbentuk oleh adanya penenggelaman dari lempeng dasar. Terbentuknya atol dimulai dari adanya kemunculan beberapa pulau yang kemudian diikuti oleh pertumbuhan karang yang mengelilingi pulau.  Terumbu karang yang ada di sekeliling pulau terus tumbuh ke atas sehingga terbentuk atol seperti beberapa atol yang terlihat sekarang, antara lain Atol Kaledupa, Atol Kapota, dan Atol Tomia.


Pulau Wangi-wangi
Bagian selatan bertopografi datar hingga curam. Kedalaman perairan berkisar 5 – 1.884 m. Tipe pasang surut campuran semi diurnal terendah ± 500 m dari garis pantai, khususnya bagian selatan. Bagian barat, utara dan timur kondisi pantai relatif curam. Kecepatan arus perairan P. Wangi-Wangi 0,09 – 0,6 m/detik. Musim timur gelombang sangat kuat dipengaruhi angina Laut Banda, sedang musim barat tidak terlalu besar karena terhalang P. Buton.
Pulau Kaledupa
Bagian utara bertopografi datar. Kedalaman perairan 2 m – 1.404 m. Pantai curam di bagian selatan dan timur dengan kedalaman 35 m – 414 m. Perairan terdalam di antara Pulau dengan karang Kaledupa sekitar 1.404 m. Tipe pasang surut cenderung semi diurnal terendah sejauh ± 500 m dari garis pantai. Kecepatan arus perairan berkisar 0.7 m/detik – 0.20 m/detik. Musim barat gelombang tidak terlalu besar karena arah angin terhalang Pulau Wangi-Wangi dan Pulau Buton. Beberapa bagian utara hingga ke timur terlindung gelombang musim barat dan timur, karena karang penghalang Pulau Hoga, Pulau Lentea dan Pulau Darawa.

Pulau Tomia
Umumnya bertopografi datar hingga curam. Kedalaman perairan 0 m – 1.404 m. Topografi landai di bagian selatan Pulau Tomia, Pulau Tolandono, dan Pulau Lentea Selatan, kedalaman maksimum 280 m, sedang yang curam/bertubir di bagian utara kedalaman 500 m. Pasang surut semi diurnal terendah ± 500 m. Arus intertidal umumnya lemah, kecuali di perairan selat kuat. Pada musim barat gelombang tidak terlalu kuat karena terhalang Pulau Buton.

Pulau Binongko
Umumnya bertopografi curam, kedalaman perairan 181 m – 721 m. Bagian selatan mencapai 1.573 m. Kedalaman perairan pulau-pulau di Kecamatan Binongko berkisar 18 m – 500 m, dan ± 198 m – 500 m di P. Kontiole dan P. Cowo-Cowo. Perairan Pulau Moromaho ± 252 m – 500 m. Perairan Karang 5 Koko relatif dangkal. Tipe pasang surut semi diurnal. Kecepatan arus berkisar 0.10 – 0.19 m/detik. Sekitar perairan Binongko terdapat arus turbulen.
Sumber : Tulisan ini diambil dari berbagai sumber


Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar