Terbentuknya
kepulauan Wakatobi dimulai sejak jaman Tersier hingga akhir jaman Miosen.
Pembentukan pulau-pulau di kawasan ini akibat adanya proses geologi berupa
sesar geser, sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat
dipisahkan dari bekerjanya gaya tektonik yang berlangsung sejak jaman dulu
hingga sekarang. Secara keseluruhan kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3
gosong dan 5 atol. Terumbu karang di kepulauan ini terdiri dari karang tepi
(fringing reef), gosong karang (patch reef) dan atol. Empat pulau utama
di Wakatobi, yaitu Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko.
Berbicara mengenai proses terbentuknya kepulauan tukang
besi, kepulauan ini terbentuknya bersamaan dengan pulau buton. Keduannya
merupakan dua buah mikrokontinen fragmen dari benua Australia-New Guinea. Pada pertengangahan Trias, masih merupakan bagian dari
benua tersebut, Namun pada Trias Tengah-Akhir mulai masa transisi dari prerift
menjadi rift.
Berdasarkan proses
pembentukannya, atol yang berada di sekitar kepulauan Wakatobi berbeda dengan
atol daerah lain. Atol yang berada di kepulauan ini terbentuk oleh adanya
penenggelaman dari lempeng dasar. Terbentuknya atol dimulai dari adanya
kemunculan beberapa pulau yang kemudian diikuti oleh pertumbuhan karang yang
mengelilingi pulau. Terumbu karang yang ada di sekeliling pulau terus
tumbuh ke atas sehingga terbentuk atol seperti beberapa atol yang terlihat
sekarang, antara lain Atol Kaledupa, Atol Kapota, dan Atol Tomia.
Pulau Wangi-wangi
Bagian selatan bertopografi datar hingga curam. Kedalaman
perairan
berkisar 5 – 1.884 m. Tipe pasang surut campuran semi diurnal terendah ± 500 m
dari garis pantai, khususnya bagian selatan. Bagian barat, utara dan timur
kondisi pantai relatif curam. Kecepatan arus perairan P. Wangi-Wangi 0,09 – 0,6
m/detik. Musim timur gelombang sangat kuat dipengaruhi angina Laut Banda,
sedang musim barat tidak terlalu besar karena terhalang P. Buton.
Pulau
Kaledupa
Bagian utara
bertopografi datar. Kedalaman perairan 2 m – 1.404 m. Pantai curam di bagian
selatan dan timur dengan kedalaman 35 m – 414 m. Perairan terdalam di antara
Pulau dengan karang Kaledupa sekitar 1.404 m. Tipe pasang surut cenderung semi
diurnal terendah sejauh ± 500 m dari garis pantai. Kecepatan arus perairan berkisar 0.7 m/detik – 0.20
m/detik. Musim barat gelombang tidak terlalu besar karena arah
angin terhalang Pulau Wangi-Wangi dan Pulau Buton. Beberapa bagian utara hingga
ke timur terlindung gelombang musim barat dan timur, karena karang penghalang
Pulau Hoga, Pulau Lentea dan Pulau Darawa.
Pulau
Tomia
Umumnya
bertopografi datar hingga curam. Kedalaman perairan 0 m – 1.404 m. Topografi landai di bagian selatan Pulau Tomia,
Pulau Tolandono, dan Pulau Lentea Selatan, kedalaman maksimum
280 m, sedang yang curam/bertubir di bagian utara kedalaman 500 m. Pasang surut
semi diurnal terendah ± 500 m. Arus intertidal umumnya lemah, kecuali di
perairan selat kuat. Pada musim barat gelombang tidak terlalu kuat karena
terhalang Pulau Buton.
Pulau
Binongko
Umumnya bertopografi
curam, kedalaman perairan 181 m – 721 m. Bagian selatan mencapai 1.573 m. Kedalaman
perairan pulau-pulau di Kecamatan Binongko berkisar 18 m – 500 m, dan ± 198 m – 500 m di P.
Kontiole dan P. Cowo-Cowo. Perairan Pulau Moromaho ± 252 m – 500 m. Perairan
Karang 5 Koko relatif
dangkal. Tipe pasang surut semi diurnal. Kecepatan arus berkisar 0.10 – 0.19 m/detik.
Sekitar perairan Binongko terdapat arus turbulen.
Sumber : Tulisan ini diambil dari berbagai sumber
0 Komentar