Metode Geofisika "Geomagnet"

March 15, 2015
Metode geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Pengukuran intensitas medan magnetik dapat dilakukan di darat, laut maupun udara. Susceptibilitas magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada umumnya erat kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya.

Metoda ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan tidak mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunungapi. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi.

Anomali magnet terjadi karena adanya variasi medan magnet kearah spasial secara regional. Pola anomali ini dicirikan oleh pergantian antara anomali positif-negatif dan sejajar dengan sumbu pemekarannya. Pola ini dikenal dengan sebutan “zone of striped magnetic anomalies”. Hasil inverse anomali ini, dengan dibantu oleh data radiometri, umur lantai samudra yang bertambah terhadap jarak dari sumbu pemekaran dan kecepatan rata-rata pemekarannya dapat diturunkan.

Berdasarkan sifat medan magnet bumi dan sifat kemagnetan bahan pembentuk batuan, maka bentuk medan magnetik anomaly yang ditimbulkan oleh benda penyebabnya tergantung pada:
1.    Inklinasi medan magnet bumi disekitar benda penyebab
2.    Geometri benda penyebab
3.    Kecenderungan arah dipol – dipol magnet didalam benda penyebab
4.    Orientasi arah dipole – dipole magnet benda penyebbab terhadap arah medan bumi.

Intensitas Magnetisasi
Gaya magnet (F) adalah gaya tarik menarik / tolak-menolak dari dua kutub magnet (m1,m2) yang berjarak r.
Hukum Coloumb:
F = (m1.m2) / µ.r2


Dimana µ = konstanta permeabilitas magnet
Suatu medan magnetik yang ditempatkan pada suatu medan magnet akan mengalami magnetisasi oleh imbas magnetik yang didefinisikan sebagai:

I = M / V

Dimana : M = momen magnetik deikutub (dipole)
I = jarak antara kutub +m dan –m
V = volum benda

Momen magnet (M) adalah besaran vektor yang memanjang dari kutub negatif ke kutub positif  Intensitas magnetik (I) adalah momen magnet per satuan volume. Intensitas magnet ini sebanding dengan kuat medan magnet dan arahnya searah dengan medan magnet yang menginduksi. Susceptibility/kerentanan magnetik (k) merupakan tingkat kemagnetan suatu benda untuk termagnetisasi.

I = k. H

Dimana: I = intensitas magnetic
H = kuat medan magnet

Nilai k pada batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral bersifat magnetik. Berdasarkan nilai k dibagi tiga kelompok jenis material dan batuan peyusun litologi bumi, yaitu:
  • Paramagnetik : Mempunyai nilai k yang bernilai positif. Contoh : olivine, biotit.
  • Feromagnetik : Mempunyai nilai k yang sangat besar dan positif. Contoh: besi dan nikel.
  • Diamagnetik   : Mempunyai nilai k yang negative. Contoh: grafit, gysum, quartz

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar